MAKALAH TENTANG PENGARUH HINDU BUDHA DI INDONESIA
Menurut teori Van leur ditegaskan pada
abad-abad permulaan terjadilah hubungan perdagangan antara orang-orang Hindu
dari India dengan orang-orang Indonesia. Untuk menjadi pedagang pada masa itu
sukar sekali, karena banyak rintangannya, misalnya ; bajak laut dan banyak lagi
resiko lainnya. Oleh karena itulah hanya Ketua
Adat yang dapat menjadi pedagang, karena dialah yang bermodal besar. Kalau
waktu itu orang berdagang, maka pedagang itu mempunyai sifat-sifat diplomatik.
Ia mencari hubungan diplomatik dengan luar negeri. Hubungan itu penting sekali
artinya bagi kelancaran perdagangan
Orang India memperkenalkan kebudayaan,
bahasa, tulisan, dan agama mereka kepada nenek moyang kita. Setelah cukup
banyak yang beragama Hindu, mulailah bermunculan pendatang yang antara lain
bermaksud menetap. Mereka mulai memperkenalkan system pemerintahan yang sesuai
dengan agama mereka. Maka berdirilah kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia
Mungkin sekali ketua - ketua adat. dari berbagai suku bangsa kita yang sudah
beragama Hindu, kemudian mengangkat diri sebagai raja-raja secara lokal.
1. Keadaan masyarakatnya
Pada zaman purba
masyarakat Indonesia adalah masyarakat gotong royong, tidak ada manusia lapisan
tinggi. Masyarakat tidak berlapis-lapis. Tetapi setelah orang Hindu datang
masyarakat itu berubah menjadi masyarakat feodal. Maka timbullah dua golongan
manusia yaitu :
a. Golongan yang dijamin
b. Golongan yang menjamin
Di India terdapat empat kasta, yakni :
Kasta Brahmana dan Kasta Ksatria merupakan kasta yang dijamin, sedangkan Kasta
Waisa dan Kasta Syudra merupakan kasta yang menjamin. Pembagian serupa itu
tidak tegas di Indonesia, tetapi meskipun demikian garis antara yang dijamin
dan yang menjamin itu ada yaitu :
a. Raja dengan pegawai-pegawainya, merupakan
orang yang dijamin
b. Rakyat adalah orang yang menjamin
2. Keadaan pendidikannya
Pendidikan formal formal pada zaman
hindu yang terjadi di kerajaan-kerajaan Tarumanegara, Kutai sudah berkembang.
a. Materi Pelajaran :
Materi pelajaran yang diberikan adalah
agama, membaca, menulis (huruf Palawa) dan bahasa Sansekerta.
Keterampilan pembuatan candi dan
patung-patung mungkin diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan formal,
demikian juga cara-cara bela diri (ilmu berperang)
b. Tenaga
Pendidik/Guru
Yang mula-mula menjadi guru pada zaman
itu adalah kaum Brahmana. Brahmana menjadi manusia istimewa, mereka
menggantikan para Empu di Indonesia. Para Empu kemudian segera belajar kepada
Brahmana. Baru setelah itu Empu-Empu itu menjadi guru dan mengganti kedudukan
Brahmana.
Pada zaman itu guru terbagi menjadi dua
macam yaitu :
a)
Guru keraton, yaitu golongan yang dijamin
b)
Guru pertapa, yaitu mcnginsafi tugasnya
Murid-murid guru keraton bukan anaknya
atau rakyat jelata tetapi keturunan para Brahmana, anak para bangsawan dan raja
(Kasta Ksatrya). Pendidikan masih terbatas kepada golongan minoritas (kasta
Brahmana dan Ksatrya), pendidikan semacam ini lebih tepat dinamakan perguruan,
dimana anak-anak berguru kepada para cerdik cendekia. Kemudian lembaga seperti
ini dikenal dengan Pesantren, tempat para Cantri (santri). Pesantren-pesatren
banyak benar persesuaiannnya dengan tempat-tempat pelajaran Hindu di
India. Sugarda-purbakawaca 1978, halaman
19, menyatakan sifat-sifat khusus pesantren adalah : “Sifat keagamaan
semata-mata; penghormatan yang tinggi kepada guru, tidak ada
gajih guru, dan perginya pelajar meminta-minta untuk memperoleh nafkah
“.
Menjadi guru semata-mata karena
kewajiban sebagai pandita/Brahmana yang didasarkan kepada perasaan tutus,
mengabdi tanpa parnrih (tanpa memikirkan imbalan duniawi). Sistem pesantren perguruan
ini berkembang terus baik pada masa Budha maupun waktu berkembangnya agama
Islam, sampai saat sekarang ( pesatren tradisional ).
Guru pertapa lebih berjiwa kerakyatan.
Mereka ingin mendekati rakyat dan tidak mendekati kraton, bahkan menjauhinya
atau bersembunyi di hutan-hutan, supaya tak berselisih dengan kaum raja.
Cita-citanya ialah mengangkat derajat rakyat jelata, kalau hal ini diketahui
raja mereka akan dimasukkannya kedalam penjara. Peranan guru-guru pertapa itu
penting sekali pada waktu penyebaran agama Islam.