Bersegeralah Berbuat Kebaikan
“Bersegeralah kalian melakukan amal-amal yang shalih, karena akan terjadi suatu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita, dimana ada seseorang pada waktu pagi beriman tetapi pada waktu sore ia menjadi kafir, pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu pagi ia telah kafir.
Ia rela menukar agamanya dengan kesenangan dunia (HR.Muslim).
Mayit di depanku tampak terbujur kaku. Di balik kain putih itu terbaring seorang bapak tua berumur 69 tahun. Beberapa sanak saudara tampak sesenggukan, duduk terkulai lemas menatap sang mayit. Aroma duka dan kehilangan menyapu seluruh sudut pelataran rumah. Kedatanganku untuk takziah disambut dengan pelukan sang istri yang menangis pilu hingga tubuhnya bergoncang. “Ini mbak Oki datang, Bapak” ucap wanita paruh baya itu sambil menggandeng tanganku menuju sang mayit. Mataku merebak basah. Tiba-tiba perasaan sesal mengharu birukan perasaanku .Perasaan berdosa pun terasa begitu menghimpit dadaku.
Bapak tua inilah yang seharusnya ku besuk beberapa waktu lalu. Sudah nyaris sebulan beliau berada di ICU karena penyakit komplikasinya. Beberapa waktu lalu aku dihubungi salah seorang sanak saudara beliau, “Bapak ingin sekali bertemu Mbak Oki”. Beberapa kali aku ingin membesuk tapi selalu saja bentrok dengan hal lain. Aku pun menunda kunjungan besukku.
Seharusnya besok aku menjenguk beliau. Tapi hari ini aku mendapat kabar bahwa beliau telah tiada. Kalau saja aku membesuknya lebih awal, mungkin kami masih bisa bercengkrama, kalau saja aku tidak menunda kunjungan besukku mungkin aku bisa membuatnya sedikit bergembira di tengah penyakitnya yang begitu parah. Tapi apalah gunanya berandai-andai dan menyesal seperti ini. Waktu yang lewat toh tidak dapat kembali. Aku sungguh menyesal, dan kejadian ini membuatku sadar bahwa sama sekali tak ada untungnya menunda melakukan kebaikan, sebab waktu yang berlalu tak pernah kembali dan takkan pernah bisa kembali, kita tak pernah tahu kapan ajal datang dan ketika semua penundaan itu kemudian tak pernah terlaksana, maka hanya penyesalan yang sia-sia.
Menunda kebaikan sama sekali tidak dianjurkan dalam Islam. Bila niat baik ada di hati maka lakukanlah kebaikan itu! Karena setan akan dengan sangat lihai mengubah niat dan mengendurkan semangat. Sementara kita sendiri tidak tahu, apakah kesempatan melakukan kebaikan itu menjadi kesempatan yang akan terus ada, atau justru menjadi kesempatan terakhir. Seperti aku yang kini hanya bisa menatap mayit sang bapak.
Aku jadi teringat beberapa tahun silam, ketika aku memakai kerudung hanya dengan modal nekat. Tidak punya baju panjang, kerudung juga hanya beberapa, pemahaman agama tidak ada tapi ternyata menyegerakan kebaikan berdampak indah sekali. Seorang temanku, yang terlahir sebagai anak bungsu, yang terbiasa dimanja, yang di kamarnya nan luas selalu tidur sendirian, memutuskan untuk tinggal di rumah Qur’an yang satu kamar harus dihuni banyak orang, apa-apa mengerjakan sendiri. Hanya dengan modal nekat untuk menyegerakan kebaikan. Ketika kutanya
“Memangnya kamu bisa tinggal disana?” jawabannya adalah “Bisa, insyaAllah. Allah akan membantuku, Ki. Kalau ditunda aku takut semangat menghafalkan Al- Qur’an menjadi hilang. Itu bencana untukku”.
Seorang teman lagi, yang sudah berpacaran bertahun-tahun lamanya, bertekad memutuskan pacarnya dengan kalimat,
‘Maafkan aku, aku tidak bisa terus-terusan mencampurkan antara hak dan bathil seperti ini. Di satu waktu aku beribadah di satu waktu aku bermaksiat. Aku ingin berusaha mencintai Allah dengan sepenuh hatiku’
Dalam sebuah buku tentang kisah orang-orang saleh terdahulu diceritakan salah seorang dari mereka berpesan : Maa ahbabta ayyakuuna ma’aka fil aakhirat if’alhul yaum. Wamaa karihta ayyakuuna ma’aka fil aakhirat utrukul yaum. Apa yang kau suka untuk dibawa ke akhirat kerjakan sekarang juga. Dan apa yang kau suka untuk kau tidak suka dibawa ke akhirat tinggalkan sekarang juga.
"Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan." (al-Baqarah [2]: 148)
Kita sering berandai andai dengan berkata “andai waktu bisa kuputar kembali”, saat itu banyak hal yang seharusnya kita lakukan tidak kita kerjakan, kesempatan yang ada kita tinggalkan, dan tersisa hanya penyesalan dan mengandaikan waktu yang berputar mundur agar kita bisa mendapatkan satu kesempatan lagi untuk melakukan hal tersebut dengan sebaik-baiknya. Lalu mengapa kita harus berleha-leha? Tidakkah kita takut untuk menunda? Karena bisa saja kita tak lagi bisa menemukan waktu untuk melakukan apa yang pernah kita tunda.
Islam tak pernah mengajarkan penganutnya untuk menunda melakukan pekerjaan, terlebih menunda melakukan kebaikan. Islam adalah agama bagi orang-orang yang senantiasa menghabiskan setiap detik waktunya tanpa perbuatan yang sia-sia, Islam adalah agama yang mengajarkan penganutnya untuk senantiasa banyak berbuat, pandai memanfaatkan waktu dan tidak menyia-nyiakan waktu. Sebab Islam tidak menghendaki para pemeluknya menjadi umat yang lemah, pemalas dan menganggur. Dalam Islam kerja keras dengan niat ibadah kepada Allah begitu agung dan dimuliakan. Rasulullah sering kali mengingatkan umatnya agar tidak menyia-nyiakan waktu luang yang sering kali tidak banyak disadari bahwa waktu sangat berharga.
Waktu yang kita sia-siakan dan tidak kita isi dengan perbuatan baik, lama kelamaan akan terisi dengan berbagai keburukan dan ketika apa yang menjadi impian kita datang dan berwujud sebuah kesempatan namun tidak kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya niscaya karunia Allah akan lepas dari tangan kita. Allah berfirman
"Maka, apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain." (QS al-Insyirah : 7).
Pekerjaan yang bisa kita lakukan di pagi hari tidak seharusnya kita tunda hingga sore hari demikian juga bila kita bisa mengerjakannya ketika sore hari maka mengapa harus menundanya hingga malam hari tiba? Apa yang kita dapatkan maka itu akan menjadi cermin dari apa yang kita lakukan.
Rasulullah juga pernah mengingatkan ummatnya dengan "lima perkara sebelum lima perkara" yang diriwayatkan Imam Hakim dalam kitab al-Mustadrak.
Perkara pertama adalah bahwa Rasulullah SAW menyebutkan, "Pergunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu", “Pergunakan masa luangmu sebelum datang masa sibukmu", "Pergunakan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu", "Pergunakanlah waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu", "Pergunakan hidupmu sebelum datang matimu".
Kelima hal itu merupakan inti dari kehidupan manusia dan segala yang terjadi sesungguhnya berdasar atas bagaimana kita "mempergunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya" .Kesemuanya bertitik tolak pada satu hal, yaitu agar ketika kita diberi kenikmatan oleh Allah, hendaknya tak membuat kita lupa diri dan hendaknya agar kita semakin menyadari bahwa kehidupan yang diberikan pada kita itu sebenarnya merupakan kesempatan yang tiada duanya, yang harus dijalani tanpa sedikitpun menyia-nyiakannya. Masa muda hendaklah dipergunakan sebaik-baiknya untuk mencapai kebaikan, karena di masa mudalah raga kita masih kuat untuk beribadah, untuk menolong yang lemah, masih kuat untuk belajar, berfikir dan melakukan segala hal demi kemaslahatan dunia dan sebagai tabungan akhirat kita.
Kemajuan dan kemunduran sebuah bangsa sangat tergantung pada kesigapan dan kekuatan para pemudanya, akan mundurlah suatu bangsa dan hancurlah ia jika generasi mudanya merupakan orang-orang malas, dan tak bisa bertanggung jawab. Dan tentu akan menjadi maju sebuah bangsa jika para pemuda pemudinya adalah orang-orang yang tangguh, pandai dan bersemangat melakukan segala sesuatunya.
Ketahuilah bahwa saat paling berbahaya bagi akal manusia adalah saat dia ada dalam kekosongan karena kekosongan itu akan merasuki pikirannya dengan hal-hal buruk seperti merencanakan kejahatan dan perbuatan maksiat. Maka benarlah sebuah pepatah arab yang mengatakan Waktu adalah seperti pedang yang begitu tajam, jika kamu tidak membunuhnya maka ia yang akan membunuh kamu . Karena sesungguhnya waktu kosong adalah pencuri yang cerdik dan culas. Maka, obatilah ia dengan kerja keras, kerja cepat, dan kerja ikhlas agar waktu kita berlimpah berkah dan rahmat. Maka akankah kita membiarkan diri kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi? Golongan orang-orang yang menyia-nyiakan hidup dan jauh dari amal soleh. Karena sesungguhnya ketika kita menunda satu kebaikan untuk dikerjakan, hal itu akan mematikan satu saraf ketajaman mata hati kita untuk semakin alpa dan lupa.