B. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial
selalu melakukan interaksi atau hubungan dengan sesamanya. Untuk dapat
berinteraksi atau berhubungan dengan sesama anggota masyarakat diperlukan
bahasa. Dalam kehidupan manusia bahasa mempunyai fungsi utama sebagai alat
komunikasi atau alat interaksi yang paling penting dan paling sempurna.
Bahasa dan masyarakat merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan, sebab keduanya berhubungan erat. Manusia
selalu menggunakan bahasa dalam berbagai kesempatan dan kepentingan. Bahasa
sangat berperan untuk mengungkapkan kemauan atau perasaan dan mengekspresikan
apa yang ada di dalam pikirannya kepada orang lain dalam usahanya berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya. Eksistensi bahasa dalam konteks sosial tidak dapat
diabaikan, karena bahasa manusia dapat mengungkapkan aspek-aspek sosial yang
dijumpai ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial. Bahasa hanya hidup
karena interaksi sosial dan interaksi sosial akan hidup berkat adanya aktifitas
berbicara pada manusia atau anggota pemakai bahasa.
Bahasa sebagai alat komunikasi
memiliki dua ciri utama yaitu (1) bahasa dipakai dalam proses transmisi pesan,
dan (2) bahasa merupakan kode yang digunakan dalam komunikasi yang lebih luas.
Berkaitan dengan ciri-ciri tersebut, pemakaian bahasa di dalam kehidupan
masyarakat menjadi sangat bervariasi, karena bahasa tidak hanya ditentukan oleh
faktor-faktor yang ada di dalam bahasa (faktor linguistik) melainkan juga
ditentukan oleh faktor-faktor di luar bahasa (faktor nonlinguistik).
Faktor linguistik menyangkut pemakaian bahasa dalam hubungannya dengan
bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat, dan tata makna. Faktor nonlinguistik
menyangkut pemakaian bahasa dalam kaitannya dengan faktor sosial. Faktor sosial
mengacu pada kehetoregenan anggota masyarakat tutur baik ditinjau dari usia,
jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status sosial atau kemampuan social
ekonomi san berbagai kegiatan. Sedangkan faktor situasional meliputi siapa yang
berbicara, siapa lawan bicara, kapan pembicaraan itu dilakukan, dimana
pembicaraan itu berlangsung dan apa yang menjadi pokok pembicaraan (Suwito,
1983:3).
Faktor nonlinguistik ini selalu ada di dalam setiap kegiatan komunikasi
manusia, sehingga menyebabkan terjadinya berbagai peristiwa bahasa yang
menimbulkan variasi bahasa. Menurut Nababan (1984: 4) variasi bahasa dapat
dibedakan menjadi empat yaitu (1) variasi bahasa dari segi penutur, (2) variasi
bahasa dari segi pemakaian, (3)variasi bahasa dari segi tingkat keformalan, dan
(4) variasi bahasa dari segi sarana.
Menurut Wardaugh (1986,: 22) variasi bahasa adalah seperangkat pola
tuturan manusia, yaitu bunyi, kata, dan ciri-ciri gramatikal yang secara unik
dapat dihubungkan dengan faktor
eksternal seperti daerah geografis dan faktor sosial. Faktor sosial
dapat dipengaruhi oleh situasi berbahasa, pemakai bahasa, keperluan penutur ,
kelas sosial penuturnya, dan lain sebagainya. Salah satu contoh variasi bahasa adalah
register.
Menurut Alwasilah (1990: 22) register ialah penggunaan bahasa yang khusus
atau khas. Register menurut Suwito (1982: 22) ialah variasi bahasa yang
disebabkan karena sifat-sifat kebutuhan pemakainya. Wilkins dalam tulisan
Pateda (1990: 60) menyatakan bahwa register adalah pemakaian bahasa yang
dihubungkan dengan pekerjaan seseorang. Wardaugh (1986: 48) berpendapat bahwa
register ialah seperangkat kosa kata yang berhubungan dengan bidang pekerjaan
atau sekelompok sosial.
Salah satu contoh register yaitu register yang digunakan oleh kernet,
sopir, dan penumpang dalam angkutan bus jurusan
Jogja-Parangtritis. Bus jurusan Jogja-Parangtritis merupakan salah satu
angkutan pedesaan di Yogyakarta, sehingga tidak mengherankan jika antara
kernet, sopir, dan penumpang dalam berkomunikasi lebih sering menggunakan
bahasa Jawa baik ngoko maupun krama. Bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi di dalam angkutan tersebut tentu berbeda dengan bahasa yang
mereka gunakan untuk berkomunikasi sehari-hari di rumah maupun di tempat dan
kegiatan lainnya.
Bahasa yang digunakan antara kernet, sopir, dan penumpang dalam angkutan
bus jurusan Jogja-Parangtritis untuk berkomunikasi banyak menggunakan
istilah-istilah yang unik. Bahasa yang mereka gunakan ini mungkin tidak akan
ditemui pada kegiatan lain. Keunikan dari bahasa yang digunakan oleh kernet,
sopir, dan penumpang dalam angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis ini menarik
penulis untuk mengangkat masalah ini menjadi bahan penelitian.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal-hal diatas muncul masalah yang dapat dikaji dalam
penelitian ini.
- Bentuk register transportasi berbahasa Jawa dalam
angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis.
- Karakteristik register transportasi berbahasa Jawa
dalam angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis.
- Fungsi register transportasi berbahasa Jawa dalam
angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian register transportasi
berbahasa Jawa dalam angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis.
D. Pembatasan Masalah
Disebabkan luasnya permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, maka
penelitian ini difokuskan pada dua masalah.
- Bentuk register transportasi berbahasa Jawa dalam
angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis.
- Fungsi register transportasi berbahasa Jawa dalam
angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis.
E. Rumusan Masalah
Sesuai dengan masalah yang ditetapkan, rumusan masalah yang akan diteliti
adalah:
- Apa bentuk register transportasi berbahasa Jawa
dalam angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis?
- Apa fungsi register transportasi berbahasa Jawa
dalam angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis?
F. Tujuan penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, selanjutnya ditetapkan tujuan
yang akan dicapai dalam penelitian ini.
- Mendeskripsikan bentuk register transportasi
berbahasa Jawa dalam angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis.
- Mendeskripsikan fungsi register transportasi
berbahasa Jawa dalam angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat baik secara praktis maupun teoritis.
Manfaat teoritis berkaitan dengan ilmu bahasa yaitu sosiolinguistik. Hasil
penelitian ini dapat menambah kekayaan ilmu peneliti dan menambah wawasan
peneliti dalam bidang sosiolinguistik.
Manfaat penelitian yang bersifat praktis yaitu sebagai acuan bagi pelajar
dan mahasiswa dalam bidang pengajaran bahasa mengenai ragam bahasa transportasi
berbahasa Jawa dalam angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis.
H. Batasan Istilah
Istilah-istilah dalam penelitian ini akan diberikan batasan-batasan yang
berkaitan dengan judul skripsi.
1. Register
Register
merupakan variasi bahasa yang timbul karena pengaruh dari aktifitas dan
pekerjaan penuturnya.
2. Bahasa Jawa
Bahasa Jawa merupakan salah satu alat
komunikasi yang digunakan oleh masyarakat khususnya di daerah Jawa.
3. Bus jurusan
Jogja-Parangtritis
Bus jurusan
Jogja-Parangtritis merupakan salah satu alat transportasi darat yang mempunyai
jalur trayek dari terminal Giwangan Yogyakarta menuju pantai Parangtritis
maupun sebaliknya.
I. Kajian Teori
1. Pengertian
Sosiolinguistik
Istilah sosiolinguistik terdiri dari
dua unsur yaitu sosio- dan linguistik. Sosio- adalah masyarakat, linguistik
adalah kajian bahasa. Sehingga sosiolinguistik diartikan sebagai kajian tentang
bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan. Sosiolinguistik dapat pula
diartikan sebagai studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur
bahasa itu sebagai anggota masyarakat.
Nababan (1984: 7) mengatakan bahwa
sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa,
khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang
berkaitan dengan faktor kemasyarakatan. Menurut Suwito (1983: 3)
sosiolinguistik adalah cabang ilmu yang berusaha mengaitkan peristiwa bahasa
dalam hubungannya dengan fungsinya segai alat komunikasi sosial dan sebagai
gejala masyarakat. Sosiolinguistik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari ciri
dan berbagai variasi bahasa serta hubungan penutur dengan ciri fungsi bahasa
itu di dalam suatu masyarakat.
Dari beberapa pendapat di atas,
semuanya menekankan pada hubungan antara dan pemakainnya dalam interaksi
sosial. Sosiolinguistik menelaah penggunaan bahasa sebagai alat interaksi
anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan faktor-faktor sosial yang
mengitarinya di dalam masyarakat tutur. Masyarakat sebagai unsur penting
disamping bahasa sendiri dalam penelaahan sosiolinguistik. Tata bahasa tidak
lengkap apabila dalam kaidah-kaidahnya tidak dimasukkan faktor sosial seperti
umur, keluarga, latar belakang, dan kelompok masyarakat. Faktor sosial
berpengaruh terhadap munculnya variasi bahasa, baik berupa kalimat maupun
ujaran dalam masyarakat.
2. Variasi
Bahasa
Variasi bahasa di dalam kehidupan masyarakat yang mempunyai tingkat
sosial maka akan semakin banyak perbedaan pemakaian bahasanya, semakin kompleks
susunan kemasyarakatannya, serta semakin banyak variasi bahasanya. Adanya
berbagai macam variasi masyarakat seperti jenis kelamin, umur, status, dan
kelas mengakibatkan berbagai macam variasi bahasa. Manusia dalam masyarakat
mempunyai sifat elastis karena manusia bermasyarakat sehingga menempati tempat
dan menemui suasana yang sangat bervariasi. Disamping sebab-sebab tersebut,
variasi bahasa juga diakibatkan oleh manusia itu sendiri secara alamiah yang
mempunyai daya kreatif.
Nababan (1984 : 3) berpendapat bahwa bahasa terdiri dari dua aspek pokok
yaitu aspek bentuk dan aspek makna. Aspek bentuk meliputi bunyi, tulisan, dan
strukturnya. Sedangkan aspek makna meliputi leksikal, fungsional, dan
struktural. Bahasa jika dilihat pada pemakaiannya dalam masyarakat bahasa, baik
dari segi bentuk maupun makna menunjukkan perbedaan-perbedaan. Perbedaan itu
bisa besar atau kecil tergantung dari latar belakang keilmuan atau kemampuan
orang dalam pengungkapannya.
Menurut Suwito (1983: 3) timbulnya berbagai variasi bahasa tidak hanya ditentukan
oleh faktor linguistik melainkan juga ditentukan oleh faktor nonlinguistik. Faktor
linguistik menyangkut pemakaian bahasa dalam hubungannya dengan bunyi, tata
bentuk kata, tata kalimat, dan tata makna. Faktor nonlinguistik menyangkut
pemakaian bahasa dalam kaitannya dengan faktor sosial. Faktor sosial mengacu
pada kehetoregenan anggota masyarakat tutur baik ditinjau dari usia, jenis
kelamin, pekerjaan, pendidikan, status sosial atau kemampuan sosial ekonomi san
berbagai kegiatan. Sedangkan faktor situasional meliputi siapa yang berbicara,
siapa lawan bicara, kapan pembicaraan itu dilakukan, dimana pembicaraan itu
berlangsung dan apa yang menjadi pokok pembicaraan
Suwito (1983: 3) mengklasifikasikan variasi bahasa menurut keragaman
sosial penuturnya dan penggunannya di dalam masyarakat sosial. Keragaman sosial
penuturnya berarti siapa yang menggunakan bahasa itu, dimana tinggalnya,
bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan
kapan bahasa itu dipergunakan . Sedangkan berdasarkan penggunaannya berarti
bahasa itu digunakan untuk apa. Dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, serta
bagaimana situasi keformalannya.
Variasi bahasa biasanya dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu faktor
geografis, faktor sosial yang berhubungan dengan kelas sosial, serta status dan
latar belakang pendidikan penggunaanya. Faktor geografis akan menimbulkan
dialek geografis, sedangkan faktor sosial yang berhubungan dengan kelas sosial
akan menimbulkan dialek sosial. Sedangkan faktor status dan latar belakang
pendidikan penggunanya akan menimbulkan register.
3. Register
Register merupakan penggambaran
ragam bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan formal tidaknya suatu situasi,
profesi, dan sarana bahasa. Selain itu register disebut juga sebagai variasi
bahasa yang berbeda-beda, menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicaraan, kawan bicara dan orang yang dibicarakan, dan menurut medium
pembicaraan. Poedjosoedarmo (1987: 16) menyebut register sebagai varian bahasa
yang adanya sesuai dengan pengunaan-pengunaan khusus.
Register menurut Chaer dan Leonie (1995: 22-23) dibedakan dalam lima jenis yaitu:
a.
Oratorical
atau frozen (beku)
Ragam bahasa yang paling resmi yang dipergunakan dalam situasi-situasi
yang khidmat dan upacara-upacara resmi. Dalam bentuk tertulis ragam beku ini
terdapat dalam dokumen-dokumen bersejarah seperti Undang-undang Dasar dan
dokumen-dokumen penting lainnya.
b.
Deliberaive atau
formal
Ragam bahasa yang dipakai dalam pidato-pidato resmi,
rapat dinas, atau rapat resmi pimpinan suatu badan.
c.
Consultative
atau usaha
Ragam bahasa yang sesuai dengan pembicaraan-pembicaraan
biasa di sekolah, perusahaan, dan rapat-rapat usaha yang berorientasi kepada
hasil atau produksi. Dengan kata lain raga mini berada pada tingkat yang paling
operasional.
d.
Casual atau
santai
Ragam bahasa santai antar teman dalam
berbincang-bincang, rekreasi, berolahraga, dan sebagainya.
e.
Intimate atau
akrab
Ragam bahasa antar anggota yang akrab dalam keluargan
atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi
yang terang, tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang pendek. Hal ini disebabkan
oleh adanya saling pengertian dan pengetahuan satu sama lain. Dalam tingkat
inilah banyak dipergunakan bentuk-bentuj dan istilah-istilah (kata-kata) khas bagi
suatu keluarga atau sekelompok teman akrab.
4. Fungsi
Register
Hubungan antara bahasa dan
masyarakat pemakainya tidak dapat dipisahkan. Bahasa berfungsi sebagai alat
atau sarana komunikasi antar individu untuk menyampaikan pesan dari orang kedua
dan sebaliknya. Menurut Suwarna (2002: 4) bahasa merupakan alat utama untuk
berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun kolektif
sosial. Secara individual, bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan isi
gagasan batin kepada orang lain. Secara kolektif sosial, bahasa merupakan alat
berinteraksi dengan sesamanya.
Nababan (1994: 42-43) mengemukakan
bahwa secara umum bahasa mempunyai empat fungsi yaitu (1) fungsi kebudayaan,
(2) fungsi kemasyarakatan, (3) fungsi perorangan, dan (4) fungsi pendidikan.
Fungsi yang berhubungan dengan komunikasi adalah fungsi perorangan yang
didasarkan pada komunikasi antar individu di masyarakat
Fungsi register transportasi berbahasa Jawa dalam angkutan bus jurusan
Jogja-Parangtritis dapat disama artikan dengan fungsi bahasa menurut pandangan
sosiolinguistik, yaitu sebagai berikut:
- Dari segi penutur berfungsi personal atau pribadi
(fungsi emotif), maksudnya si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang
dituturkannya.
- Dari segi pendengar atau mitra bicara berfungsi
konatif, maksudnya bahasa mengatur tingkah laku pendengar.
- Dari segi kontak antara penutur dan pendengar
berfungsi fatik, maksudnya bahasa menjalin hubungan, memelihara, dan
memperlihatkan perasaan persahabatan atau solidaritas sosial.
- Dari segi topik tujuan berfungsi referensial,
maksudnya bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau
peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada
umumnya.
- Dari segi kode yang digunakan berfungsi metalingual
atau metalinguistik, maksudnya bahasa digunakan untuk membicarakan bahasa
itu sendiri.
- Dari segi amanat berfungsi imajinatif, maksudnya
bahasa digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
(Jacobson dalam Soeparno, 1993: 6)
Sejalan dengan masalah yang akan diteliti, penulis menggunakan
teori-teori yang berkaitan dengan register sebagai acuan untuk meneliti
percakapan antara kernet dan sopir, kernet dan penumpang, sopir dan penumpang, serta
penumpangan yang satu dengan yang lainnya. Peneliti dengan mengacu pada teori-teori
dan pendapat-pendapat para ahli dapat menjelaskan tentang bentuk register dan
fungsi-fungsi yang dinyatakan dalam register transportasi berbahasa Jawa dalam
angkutan bus jurusan Jogja-Parangtritis.
6. Ragam Bahasa Jawa
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang kaya, karena bahasa
Jawa memiliki berbagai ragam bahasa. Sudaryanto (dalam Sasangka 2004:16)
mengemukakan bahwa tingkat tutur bahasa Jawa ada empat, yaitu 1) ngoko,
2) ngoko alus, 3) krama, dan 4) krama alus. Widyatmanta
(1993:29) mengemukakan bahwa bahasa Jawa terkenal dengan tingkat tutur
bahasanya, yang disebut unggah-ungguh atau tata prunggu, yang
berjumlah 13 atau 14 tingkatan. Harus diakui bahwa tingkatan sebanyak itu
menjadi tidak praktis, untuk itu harus ada penyederhanaan tingkat tutur agar mudah
untuk dipelajari. Tingkat tutur yang mungkin untuk dihilangkan