Terjemah Al-Hikam karya Syaikh Ibnu Aththoillah oleh Ustadz Salim Bahreisy – Hikmah no 26
Sahabats,
Setelah kita belajar merenungkan dan berjuang mengamalkannya setahap demi setahap hikmah-hikmah yang penuh kedalaman makna dari seorang shiddiqin, yaitu Syaikh Ibnu Aththoillah ra. marilah kita melanjutkannya ke hikmah berikutnya.
Dengan membaca Bismillahirrahmannirahim, serta kalau sahabat-sahabat tidak berkeberatan mengirimkan fadhillah/keutamaan bacaan QS. Al-Fatihah kepada Sang Syaikh Ibnu Aththoillah, Ustadz Salim Bahreisy dan Syeikh Fadhlala Haeri, mari kita awali kajian dan renungan kita.
______________________________________________________________________Hikmah 26
“Menunda amal perbuatan (kebaikan) karena menantikan kesempatan yang lebih baik, merupakan sesuatu tanda kebodohan jiwa.”
Dengan membaca Bismillahirrahmannirahim, serta kalau sahabat-sahabat tidak berkeberatan mengirimkan fadhillah/keutamaan bacaan QS. Al-Fatihah kepada Sang Syaikh Ibnu Aththoillah, Ustadz Salim Bahreisy dan Syeikh Fadhlala Haeri, mari kita awali kajian dan renungan kita.
______________________________________________________________________Hikmah 26
“Menunda amal perbuatan (kebaikan) karena menantikan kesempatan yang lebih baik, merupakan sesuatu tanda kebodohan jiwa.”
Syarah dari Ustadz Salim Bahreisy:Kebodohan itu disebabkan oleh:1. Karena kita mengutamakan duniawi.Padahal Allah berfirman:“Tetapi kamu mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan kekal selamanya.” (QS.Al-A’laa[87]:17)2. Penundaan amal itu kepada masa yang ia sendiri tidak mengetahui apakah ia akan mendapatkan kesempatan itu, atau kemungkinan ia dilanda oleh ajal (mati) yang telah menanti masanya.3. Kemungkinan azam, niat dan hasrat itu menjadi lemah dan berubah.
Kata pujangga:“Janganlah menunda sampai besok, apa yang dapat kau kerjakan hari ini. Waktu itu sangat berharga, maka jangan kau habiskan kecuali untuk sesuatu yang berharga.”
Sedangkan syarah dari Syaikh Fadhlala Haeri:Sifat jiwa yang rendah adalah selalu mencari kelapangan, ketentraman, dan kesenangan. Menunda-nunda kewajiban dan perbuatan yang tidak mementingkan diri-sendiri adalah satu tipu muslihat hawanafsu demi mengabadikan tuntutan dan kekuasaannya selalu bertambah. Alasannya adalah karena tak ada waktu atau tenaga.Orang bijak adalah dia yang bertindak melawan dirinya sendiri (jasadiah), kebiasaan-kebiasaan hawa-nafsunya di masa lalu, dan bertindak dengan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, baik dalam waktu senang, luang, susah maupun padat. Dikatakan, waktu laksana pedang, jika kamu tidak memotongnya maka kamu sendiri yang akan terpotong olehnya.
Sahabat, bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini, tentu kita sangat merasakan bahwa hal yang sangat penting untuk kita kelola kekinian waktu yang kita miliki.Barangsiapa yang Allah mudahkan memanfaatkan waktunya untuk suatu amal yang bermanfaat dan memberi kemanfaatan untuk sesama, maka sungguh beruntunglah dia.
Wallahu a’lam bishshawwab. Laa haula wa laa quwwata illa billahi al-’Aliyy al-’Adhim.[]
Kata pujangga:“Janganlah menunda sampai besok, apa yang dapat kau kerjakan hari ini. Waktu itu sangat berharga, maka jangan kau habiskan kecuali untuk sesuatu yang berharga.”
Sedangkan syarah dari Syaikh Fadhlala Haeri:Sifat jiwa yang rendah adalah selalu mencari kelapangan, ketentraman, dan kesenangan. Menunda-nunda kewajiban dan perbuatan yang tidak mementingkan diri-sendiri adalah satu tipu muslihat hawanafsu demi mengabadikan tuntutan dan kekuasaannya selalu bertambah. Alasannya adalah karena tak ada waktu atau tenaga.Orang bijak adalah dia yang bertindak melawan dirinya sendiri (jasadiah), kebiasaan-kebiasaan hawa-nafsunya di masa lalu, dan bertindak dengan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, baik dalam waktu senang, luang, susah maupun padat. Dikatakan, waktu laksana pedang, jika kamu tidak memotongnya maka kamu sendiri yang akan terpotong olehnya.
Sahabat, bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini, tentu kita sangat merasakan bahwa hal yang sangat penting untuk kita kelola kekinian waktu yang kita miliki.Barangsiapa yang Allah mudahkan memanfaatkan waktunya untuk suatu amal yang bermanfaat dan memberi kemanfaatan untuk sesama, maka sungguh beruntunglah dia.
Wallahu a’lam bishshawwab. Laa haula wa laa quwwata illa billahi al-’Aliyy al-’Adhim.[]