BAB I
PENDAHULUAN
Pada
mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka semua hasil
buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas manusia di
daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan suatu akibat
yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan akan diencerkan
dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan diperlemah sehingga membuat
mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin cepatnya pertumbuhan penduduk
dunia dan makin meningkatnya lingkungan industri mengakibatkan makin banyak
bahan-bahan yang bersifat racun yang dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit
untuk dapat dikontrol secara tepat.
Air
laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana
buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga
sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir.
Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem
perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar
dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh
organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput
laut dan lain-lain).
Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap
langsung oleh fitoplankton. Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik
level pertama dalam rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton.
Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh
fitoplankton karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya.
Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton)
sebagai tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores
(pemakan ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa
oleh ikan predator sebagai tropik level tertinggi.
Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung
konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme
laut. Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya
dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut
tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus
dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air.
Polutan
tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator
dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan
tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan
sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena
kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan yang
berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga
makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga
mengandung bahan polutan yang tinggi.
Salah
satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat.
WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food
Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk
tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat
telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat
potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan
tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
Pencemaran
laut merupakan suatu ancaman yang benar-benar harus ditangani secara
sungguh-sungguh. Untuk itu, kita perlu mengetahui apa itu pencemaran laut,
bagaimana terjadinya pencemaran laut, serta apa yang solusi yang tepat untuk
menangani pencemaran laut tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan
pencemaran laut?
b) Apa yang menjadi sumber dan
bahan pencemaran laut?
c) Apa saja dampak dari pencemaran laut?
d) Apa saja kasus Pencemaran Laut yang
pernah terjadi di Indonesia dan di dunia?
e) Bagaimana cara mencegah dan
menanggulangi terjadinya pencemaran laut dan kebijakan untuk menangani perihal
tersebut?
Tujuan dari pembuatan makalah ini
yaitu, untuk mengetahui semua informasi tentang pencemaran
laut mulai dari definisinya, sumber, serta bahan-bahan yang mencemari laut,
dampak pencemaran laut , cara penanggulangan dan kebijakan yang diterapkan
untuk mengatasi perihal pencemaran laut dan kasus-kasus pencemaran laut yang
pernah terjadi di Indonesia.
PEMBAHASAN
Pencemaran
laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri,
pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing)
ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang
berbahaya berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan
binatang dasar, yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder
(menyaring air). Dengan cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke
dalam rantai makanan, semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan
semakin besar pula kadar racun yang tersimpan. Pada banyak kasus lainnya,
banyak dari partikel kimiawi ini bereaksi dengan oksigen, menyebabkan perairan
menjadi anoxic. Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan,
baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan.
2.2.1 Pencemaran
oleh minyak
Saat
ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan
kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampirtidak bias
dielakkan.Kapal tanker mengangkut minyak mentah dalam jumlah besar tiap
tahun. Apabila terjadi pencemaran miyak dilautan, ini akan mengakibatkan
minyak mengapung diatas permukaan laut yang akhirnya terbawa arus dan terbawa
ke pantai.
Contoh kecelakaan kapal yang pernah terjadi :
a) Torrey canyon dilepas pantai
Inggris 1967mengakibatkan 100.000 burung mati
b) Showa maru di selat Malaka pada
tahun 1975
c) Amoco Cadiz di lepas pantai
Perancis 1978
Pencemaran
minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan tumbuh tumbuhan yang hidup
disuatu daerah. Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang
suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk
membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan
mencemari diri sendiri. Selain itu, mangrove dan daerah air payau juga rusak.
Mikroorganisme yang terkena pencemaran akan segera menghancurkan ikatan organik
minyak, sehingga banyak daerah pantai yang terkena ceceran minyak secara berat
telah bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau 2
tahun.
Logam
berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk
setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram adalah logam
ringan.
Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik
(As), kadmium (Cd), kromium (Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah
satu bentuk materi anorganik yang sering menimbulkan berbagai permasalahan yang
cukup serius pada perairan. Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada
perairan biasanya berasal dari masukan air yang terkontaminasi oleh limbah
buangan industri dan pertambangan.
Logam
berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam berat bersifat tahan urai. Sifat tahan
urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi di dalam
perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh
manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam berat di dalam air
dapat masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia apabila air yang mengandung
logam berat diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila memakan bahan
makanan yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia, logam berat
juga dapat terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap kesehatan.
Contoh kasus pencemaran akibat logam berat di
Indonesia:
Teluk
Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi pembuangan
limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont
Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut
membuang sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar perairan Teluk Buyat setiap
harinya. Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung
cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning keemasan. Fenomena
serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka memiliki
benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan kepala.
Plastik
telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan
terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah plastik,
sebuah komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir Perang Dunia
II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus
juta metrik ton.
Plastik
dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut berbahaya untuk satwa
liar dan perikanan. Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit, sesak
napas, maupun termakan.
Jaring
ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut.
Jaring ini dikenal sebagai hantu jala sangat membahayakan lumba-lumba,
penyu, hiu, dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang
membelit membatasi gerakan, menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi hewan
yang perlu untuk kembali ke permukaan untuk bernapas.
Sampah
yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut melalui sistem daerah aliran
sungai (DAS). Sampah-sampah ini kemungkinan mengandung logam berat dengan
konsentrasi yang tinggi. Tetapi umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik,
sehingga akan memperkaya kandungan zat-zat makanan pada suatu daerah yang
tercemar yang membuat kondisi lingkungan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme.
Aktifitas
pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya kandungan oksigen
khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan berpengaruh besar pada
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah tersebut. Pada keadaan
yang paling ekstrim, jumlah spesies yang ada didaerah itu akan berkurang secara
drastis dan dapat mengakibatkan bagian dasar dari estuarin kehabisan oksigen.
Sehingga mikrofauna yang dapat hidup disitu hanya dari golongan cacing saja.
Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk golongan yang mudah hancur dengan cepat,
sehingga pencemaran yang disebabkannya tidak merupakan suatu masalah besar
diperairan terbuka.
Kerusakan
yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif. Mereka sengaja
ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk mengontrol hama
tanaman atau organism-organisme lain yang tidak diinginkan. Idealnya pestisida
ini harus mempunyai spesifikasi yang tinggi yaitu dapat membunuh
organism-organisme yang tidak dikehendaki tanpa merusak hewan lainnya, tetapi
pada kenyataannya pestisida bisa membunuh biota air yang ada di laut.
Beberapa
pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan kimia yang
disebut Organochloride. DDT termasuk dalam grup ini. Pestisida jenis ini
termasuk golongan yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana
molekul-molekul ini kemungkinan dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun
sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat berbahaya karena dengan
digunakannya golongan ini secara terus menerus akan membuat mereka menumpuk di
lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan yang tidak dapat ditolerir
lagi dan berbahaya bagi organism yang hidup didaerah tersebut.
Hewan
biasanya menyimpan organochloride di dalam tubuh mereka. Beberapa organisme air
termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan kimia didalam jaringan
tubuhnya.
Ketika
pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam jaring
makanan di laut. Dalam jarring makanan, pestisida ini dapat menyebabkan mutasi,
serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut , seluruh penyusun rantai
makanan termasuk manusia.
Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan
nutrisi, biasanya senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam
ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas primer
(ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung cepat
membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan
kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain.
Muara
merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang
diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa
oleh air hujan masuk ke lingkungan laut , dan cendrung menumpuk di muara.
The
World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan
oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini
terkonsentrasi di wilayah pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan
Amerika Serikat, dan Asia Timur, terutama di Jepang. Salah satu contohnya
adalah meningkatnya alga merah (red tide) secara signifikan yang membunuh ikan
dan mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada manusia dan beberapa
hewan domestik. Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah pantai.
Dewasa
ini sangat banyak kegiatan manusia yang menyebabkan polusi udara, tanah dan
air, yang disebabkan oleh limbah pabrik, industri, asap kendaraan, dan banyak
lagi. Salah satu contoh adalah semakin banyak karbon dioksida memasuki atmosfer
bumi, maka karbondioksida yang kita hasilkan sehari-hari dapat menyebabkan
hujan asam dan juga meningkatkan kadar keasaman laut menjadi lebih asam.
Potensi peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan
bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka. Perubahan iklim juga
akan berdampak buruk pada ekosistem di lautan . Jika air laut semakin memanas,
maka akan terjadi peningkatan keasaman laut, dan terumbu karang adalah yang
paling rentan menghadapi peningkatan keasaman ini.
Menurut Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas Nasional
Australia, terumbu karang seperti sedang mencatat kematiannya sendiri. Jumlah
Karbon Dioksida yang dipompakan ke atmosfer sebetulnya mengubah keasaman laut,
dan membuat lebih asam lagi. Bahayanya adalah tentu saja seluruh terumbu karang
akan hancur dan larut karena asam tadi. Persoalan perubahan suhu maupun
berbagai perubahan lain yang dialami lautan sebetulnya bukanlah sesuatu yang
luar biasa. Di masa lalu hal ini sudah barangkali terjadi, nemun perbedaannya
adalah saat ini perubahan suhu tersebut dipicu oleh campur tangan manusia, jadi
bukan karena sebab alami
Kehidupan
laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara dari sumber seperti
kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar
angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di
udara. Hewan laut, seperti paus, cenderung memiliki penglihatan lemah, dan
hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan oleh informasi akustik. Hal ini
berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup lebih dalam di dunia kegelapan.
Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975, ambien kebisingan di laut naik
sekitar sepuluh desibel (telah meningkat sepuluh kali lipat).
Sumber suara di
laut antara lain :
1. Sumber alami
Suara
di laut yang timbul akibat proses alami terbagi dalam dua yaitu proses fisika
serta proses biologi. Proses fisika ini antara lain : aktivitas tektonik,
gunung api dan gempa bumi, angin, gelombang. Sedangkan contoh dari aktivitas
biologis misalnya suara dari mamalia laut dan ikan.
2. Lalu lintas kapal
Banyak dari kapal-kapal yang beroperasi di laut
menimbulkan kebisingan yang berpengaruh pada ekosistem laut dan umumnya berada
pada batasan suara 1000Hz. Kapal-kapal Tanker Besar yang beroperasi mengangkut
minyak biasanya mengeluarkan suara dengan level 190 desibel atau sekitar 500Hz.
Sedangkan untuk ukuran kapal yang lebih kecil biasanya hanya menimbulkan
gelombang suara sekitar160-170 desibel. Kapal-kapal ini menimbulkan sejenis
tembok virtual yang disebut “white noise” yang memiliki kebisingan konstan.
White noise dapat menghalangi komunikasi antara mamalia di laut sampai batas
untuk area yang lebih kecil. Selain kapal Tanker juga Kapal-kapal besar lainnya
sejenis Cargo yang membawa petikemas memiliki kebisingan yang cukup menimbulkan
pencemaran suara di laut.
3. Eksplorasi dan Ekspoitasi Gas dan Minyak
Kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi gas dan minyak banyak
menggunakan survei seismik, pembangunan anjungan minyak/rig, pengeboran minyak,
dll. Kebanyakan dari survei seismik saat ini menggunakan airguns sebagai sumber
suara, alat ini merupakan alat berisi udara yang memproduksi sinyal akustik
dengan cepat mengeluarkan udara terkompresi ke dalam kolom air. Metoda tersebut
dapat menciptakan suara dengan intensitas sampai dengan 255 desibel.
Pengaruhnya terhadap hewan lainnya juga dapat menimbulkan kerusakan pendengaran
akibat dari tekanan air yang ditimbulkan. Seperti layaknya penggunaan dinamit,
airguns juga berpengaruh terhadap pendengaran manusia secara langsung. Pulsa
sinyal akustik ini dapat menimbulkan konflik terhadap mamalia laut, seperti
misalnya paus jenis mysticete, sperm, dan beaked yang menggunakan frekuensi
suara yang rendah.
Begitu
juga dalam aktivitas pembangunan rig dan pengeboran minyak dimana dalam
operasionalnya setiap hari banyak menghasilkan suara serta menimbulkan
kebisingan yang beresiko bagi mamalia laut.
4. Penelitian Oseanografi dan Perikanan
Pernah
diadakan survei dengan menggunakan Acoustic Thermography of Ocean Climate (ATOC)
dimana digunakan kanal suara untuk memperlihatkan rata-rata temperatur laut.
Sistem ini digunakan untuk penelitian mengenai faktor temperatur laut.
Akibatnya terhadap hewan-hewan di laut terbukti bahwa mereka bergerak menjauh
(terutama Paus jenis tertentu) namun selang beberapa saat mereka kembali untuk
mencari makanan. Deruman dari Speaker yang dipasang berkekuatan 220 desibel
tepat di sumbernya, dan terdeteksi sampai dengan 11000 mil jauhnya.
Dari penyebab
diatas terdapat juga penyebab lainnya yang tidak disebutkan di sini, salah
satunya adalah kegiatan perikanan para nelayan yang menggunakan peledak atau
pukat harimau yang tidak hanya menimbulkan polusi suara namun juga merusak
secara langsung ekosistem di laut itu sendiri.
5. Kegiatan militer
Ada
beberapa aktivitas yang dilakukan militer yang menghasilkan sumber suara yang
menimbulkan kebisingan di laut. Salah satu contohnya yaitu aktivitas kapal
naval milik US.Army yang menggunakan sonar aktif ketika berlatih dan dalam
aktivitas rutin. Angkatan Laut Amerika (NAVY) pernah mengembangkan suatu sistem
yang dinamakan Low Frequency Active Sonnars (LFA) untuk keperluan militernya.
Dalam penggunaannya, terbukti bahwa terdapat beberapa efek negatif terhadap
kehidupan dan perilaku mamalia di lautan. Terhadap ikan paus efek tersebut
ternyata mengganggu jalur migrasi dan untuk jenis ikan paus biru dan ikan paus
sirip adalah terhentinya proses komunikasi satu sama lain. Bahkan setelah
melalui beberapa penelitian, maka pengunaan LFA tersebut juga berpengaruh terhadap
kesehatan manusia. Beberapa penyelam NAVY yang menerima transmisi dari sekitar
160 desibel akibat sistem tersebut terbukti terkena gangguan seperti vertigo,
gangguan terhadap gerakan tubuh serta gangguan di daerah perut dan dada.
Bukti-bukti
lainnya dari pengaruh akibat sonar yang dihasilkan ini di sebutkan oleh Vonk
and Martin (1989), Simmonds and Lopez-Jurado (1991), Frantzis (1998) dan
Frantzis and Cebrian (1999) mereka menganggap bunyi keras yang ditimbulkan oleh
aktifitas militer ini telah menyebabkan terdamparnya paus jenis beaked di Pulau
Canary dan Laut Ionia. Selain itu paus jenis sperm mengalami perubahan kelakuan
dalam vokalisasi dalam merespons sonar ini.
Pendamparan lainnya
terjadi pada bulan maret 2000 di Bahama, 17 mamalia laut( termasuk 2 spesies
paus jenis beaked dan minke). Pendamparan ini terjadi akibat latihan militer
Amerika yang menggunakan sonar.
2.3 Dampak pencemaran laut
WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan
Dunia dan FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia
merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar
logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai
daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ
tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
Bahaya yang Dapat
Ditimbulkan oleh Logam Berat di dalam Tubuh Manusia :
a) Barium (Ba): Dalam bentuk serbuk, mudah terbakar pada
temperatur ruang. Jangka panjang, menyebabkan naiknya tekanan darah dan
terganggunya sistem syaraf.
b) Cadmium (Cd): Dalam bentuk serbuk mudah terbakar. Beracun
jika terhirup dari udara atau uap. Dapat menyebabkan kanker. Larutan dari
kadmium sangat beracun. Jangka panjang, terakumulasi di hati, pankreas, ginjal
dan tiroid, dicurigai dapat menyebabkan hipertensi`
c) Kromium (Cr): Kromium hexavalen bersifat karsinogenik dan
korosif pada jaringan tubuh. Jangka panjang, peningkatan sensitivitas kulit dan
kerusakan pada ginjal
d) Timbal (Pb): Beracun jika termakan atau terhirup dari
udara atau uap. Jangka panjang, menyebabkan kerusakan otak dan ginjal; kelainan
pada kelahiran
e) Raksa (Hg): Sangat beracun jika terserap oleh kulit atau
terhirup dari uap. Jangka panjang, beracun pada sistem syaraf pusat, dapat
menyebabkan kelainan pada kelahiran.
f) Perak (Ag): Beracun. Jangka panjang, pelunturan abu-abu
permanen pada kulit, mata dan membran mukosa (mucus).