Interaksi
edukatif dosen kepada mahasiswa didasari oleh kualitas “pengaruh sosial” (social influence) dan “sikap dasar” (basic attitude) sebagai helper. Kedua
hal pokok ini menampakkan diri dalam bentuk tingkahlaku komunikatif dosen
pembimbing terhadap mahasiswa.
1. Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial atau social
influence seorang helper, dalam hal ini dosen pembimbing, ditunjukkan
dengan 3 indikator pokok:
- Kemenarikan (attractiveness),
yaitu penampilan fisik dan tingkahlaku dosen pembimbing yang membuat
mahasiswa tertarik kepadanya. Ketertarikan itu menjadikan diri dosen
pembimbing yang bersangkutan “didengar” dan dipatuhi oleh mahasiswa.
Sebagian besar rincian “kemenarikan” adalah lebih pada kesamaan tampilan
dosen dengan mahasiswa daripada wajah cakep
ataupun pakaian perlente. Sebagian
hal lainnya lagi yang penting adalah pada postur dan gestur dosen.
- Kepakaran (expertness),
yaitu wawasan pengetahuan dan penguasaan ilmu atau “wawasan profesional”
yang menampak pada seorang dosen pembimbing. Kepakaran seorang dosen di
mata mahasiswa bimbingannya membuat mahasiswa bangga berada di bawah
bimbingan dosen yang bersangkutan. Dua sisi penting kepakaran, yaitu
substansi ilmu dan penguasaan metode atau cara pembelajaran kepada mahasiswa. Di dalam
keduanya adalah sangat penting unsur validitas ilmu dan ketepatannya.
- Keterpercayaan (trustworthiness),
yaitu kesan dapat dipercaya yang melekat pada pribadi seorang dosen
pembimbing. Keterpercayaan seorang dosen di mata mahasiswa yang
dibimbingnya terutama bersumber dari perilaku dan nama baik yang tersebar
di kalangan mahasiswa. Perilaku dan nama baik itu berasal-muasal dari integritas
pribadi, sikap etis, dan perilaku menepati janji serta tepat waktu.
2. Sikap Dasar
Substansi sikap dasar atau basic
attitude pembimbing pada dasarnya sama saja dengan sikap dasar guru, dosen,
dan (bahkan) konselor atau terapis. Akan tetapi, predikat sebagai “Pembimbing” (helper)
mengharuslan sikap dasar pada “Dosen Pembimbing” ada secara lebih intensif
untuk dapat “menolong” mahasiswa bimbingannya. Sikap dasar atau basic
attitude seorang helper, dalam hal ini dosen pembimbing, ditunjukkan dengan
4 indikator pokok:
- Kehadiran Psikis (attending),
atau kadang disebut attentiveness,
adalah sikap ada dan tampil seorang dosen pembimbing di hadapan mahasiswa secara
fisik dan psikis. Sikap attending dapat
diwujudkan melalui berkonsentrasi pada diri mahasiswa dan situasinya,
bukannya sibuk dengan pemikiran dan permasalahan diri pribadi sendiri.
- Pemahaman-empatik (emphatic-understanding),
atau kadang disebut “penerimaan dan pemahaman” (acceptance-understanding), yaitu berupaya menyelami pemikiran
dan perasaan mahasiswa, berpikir dan merasa sebagaimana sudut-pandang dan
perasaan mahasiswa.
- Ketulusan (genuineness), atau
kadang diistilahkan dengan “keterbukaan” (openess), yaitu sikap jujur (dalam hal dan cara sepantasnya),
pembimbing menyatakan pemikiran dan perasaannya; mengatakan kekaguman,
rasa bangga, atau memberi pujian jika memang merasakan hal-hal positif
mengenai mahasiswa.
- Penghargaan (respect), yaitu
sikap menghargai mahasiswa sebagai pribadi atau manusia yang bermartabat,
dengan segala kelebihan dan kelemahannya. Penghargaan terhadap mahasiswa
dapat berwujud pada pemberian tugas yang sesuai dengan kemampuan mahasiswa
serta memberikan nilai-penghargaan yang setara dengan usaha-usahanya.
3. Tingkahlaku Komunikatif:
Beberapa Contoh Teknik Komunikasi
Suatu tingkahlaku komunikatif dosen pembimbing kepada mahasiswa
subjek-didik, yang didasari oleh “pengaruh sosial” yang baik dan “sikap dasar”
yang menolong adalah mencakup pula kepedulian terhadap kultur/subkultur
subjek-didik. Kepedulian terhadap kultur subjek-didik menyangkut perhatian
secara bersengaja (intensional) terhadap sifat-sifat khas-etnis mahasiswa. Etnis mahasiswa Unijoyo
adalah beragam namun dapat direduksi dalam pola sikap-etnis suku-suku nusantara
yang “peka-rasa” namun ekspresif, lebih menuntut untuk dipahami daripada
kesediaan untuk memahami orang lain.
Kepedulian terhadap subkultur subjek-didik menyangkut perhatian secara
intensional terhadap sifat-sifat
komunitas remaja. Meskipun komunitas mahasiswa kita, secara
usia-kalender tergolong dalam tahap dewasa awal, namun “usia-mental” mereka
dapat dikategorikan sebagai masih remaja, yaitu belum otonom atau belum
mandiri, kurang paham peran dan tanggungjawab, serta kurang mampu arah-diri.
Untuk membantu subjek-didik dengan kultur dan subkultur demikian itu
diperlukan pengoperasian sejumlah teknik komunikasi bersifat menolong. Ada banyak
teknik komunikasi bersifat menolong; sebagian di antaranya yang bersifat dasar
diperkenalkan di bawah ini:
- Mendengarkan secara Pasif (Passive
Listening) adalah cara respon pembimbing dengan “memasang” telinga
secara penuh dan memberi tanda bahwa dia mendengarkan, entah secara
non-verbal atau respon verbal minimal.
- Mengklarifikasikan (Clarifying)
merupakan suatu teknik mendengarkan secara aktif melalui merumuskan kembali
kalimat yang didengar secara tegas, jelas, singkat.
- Memantulkan (Reflecting)
adalah teknik mengatakan hasil tafsiran atas apa makna (pemikiran atau
perasaan) yang ada di balik kata-kata yang terdengar.
- Menstruktur hubungan (Structuring)
adalah sekelompok teknik komunikasi yang dikemukakan untuk menstruktur
pertemuan, entah dari segi peran, layanan, waktu, tindakan, tujuan,
ataupun kerahasiaan.
- Membesarkan-hati (Reassurance)
adalah teknik yang bermaksud mendorong rasa yakin subjek-didik atas yang
telah atau akan dilakukannya, termasuk di dalamnya adalah teknik dukungan
atau penguatan..
- Mengarahkan dan Bertanya (Leading
and Questioning) adalah dua teknik untuk mengarahkan pembicaraan ke
jalur yang lebih produktif, atau untuk memperoleh keterangan tambahan atau
lebih mendalam dari subjek-didik.
- Memberikan Informasi (Information
Giving) merupakan teknik bersifat kognitif yang berisi pemberian
keterangan yang valid sebagai bahan pengambilan keputusan subjek-didik.
- Memberikan Nasihat (Advice)
adalah cara mengarahkan atau menunjukkan pilihan-pilihan tindakan yang
secara potensial bermanfaat bagi subjek-didik.
- Perangkuman (Summarization)
adalah upaya menarik simpulan dari sejumlah pokok-pokok pembicaraan, baik
secara sebagian (pada tengah pertemuan) maupun secara keseluruhan (pada
akhir pertemuan)